Aku berjalan melewati liku dan belokan disana aku bertanya dalam bisikan.
Diam.
Menyusuri rona kehidupan ilalang air mata terkadang menjadi obat kerinduan.
Mulutku terbungkam mataku beradu.
Apakah ini jawab untuk setiap butir kerisauan yang berkecamuk?
Aku terdiam.
Tapak-tapak kaki kulukis di atas memori kedamaian.
Aku berpaling dari bayang yang selama ini mengusik mimpi-mimpi di alam damaiku.
Melihatnya untuk detik ini aku masih tak kuasa berteriak kokoh.
Hebat kan?
Dia dan mereka bilang hebat bagiku ini kebodohan atas nama perasaan.
Bukan untuk menyakiti di awal cerita berakhir dengan ending kerisauan.
Batinku bukan untuk terkoyak luka karena aku manusia biasa.
Sejenak sorot kesejukan itu begitu meneduhkan tapi tangan-tanganku bukan menggapainya.
Biarlah.
Biarkan malam menutup semua cerita dan peristiwa.
Hanya ada aku, binar bulan dan secercah bintang kesunyian.
Friday, October 16, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar on "Dalam diamku"
Post a Comment